A. DEFINISI KEBAKARAN.
¢ Kebakaran adalah api
yang tidak terkendali.
¢ Kebakaran terjadi karena
ada 3 unsur yang bertemu, yaitu unsur:
1. Bahan bakar à Bahan yang mudah terbakar misalnya BBM.
2. Udara ( O2 ) à Oksigen atau O2.
3. Titik nyala à Suhu saat bahan bakar mulai terbakar misalnya
dalam derajat Celcius °C.
¢ Hubungan ketiga unsur
kebakaran.
¢ Kebakaran hanya terjadi jika ketiga unsur tersebut
bertemu.
1. BAHAN BAKAR.
a. Bahan Bakar Padat.
Bahan bakar padat adalah bahan yang mudah terbakar dalam bentuk padat. Cara penanganan
kebakaran pada bahan padat relatif lebih mudah dari pada bahan bakar cair dan
gas karena bahan
jenis ini relatif lebih mudah dipisahkan dengan unsur kebakaran lainnya.
Tabel 5.1 Bahan Bakar Padat
Nama bahan bakar.
1. Belerang.
2. Fosfor.
3. Seng.
4. Alumunium.
5. Magnesium.
b. Bahan Bakar Cair.
Bahan bakar cair merupakan bahan yang cukup sulit untuk ditangani, apalagi yang
bersifat
korosif, mudah meledak dan mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari air.
Bahan ini harus diwaspadai dan ditangani dengan baik mulai dari proses pembuatan,
pengemasan,
pendistribusian, sampai penyimpanannya.
Nama Zat Cair. Dan Rumus
Kimianya.
1. Eter ROR atau (C2H5)2O.
2. Benzena C6H6.
3. Aseton CH3COCH3.
4. Metanol/spiritus CH3OH.
5. Ester RCOOR.
6. Karbon disulfida CS2.
7. Asetaldehid CH3CHO.
8. Asam asetat CH3COOH.
9. Petroleum C8H18.
c. Bahan Bakar Gas.
Bahan bakar gas merupakan bahan yang sangat berbahaya, karena bahan ini mudah
meledak, jika terjadi peningkatan suhu, peningkatan tekanan, dan terkena
benturan. Gas yang dipasarkan dikemas di dalam tabung gas. Spesifikasi tabung
harus memenuhi standar industri agar aman
ketika disimpan. Pada saat diangkut dan disimpan harus dalam posisi tegak, hal
ini dimaksudkan jika terjadi ledakan, lontaran katup tabung ke arah atas
sehingga tidak mengenai orang di
sekitarnya.
1. Gas alam Komponen utama CH4.
2. Asetilen C2H2.
3. Hidrogen H2.
4. Etilen Oksida C2H4O.
5. Metana CH4.
6. Karbon Monoksida CO.
7. Butana CH3CH2CH2CH3.
2. UDARA (O2).
¢ Udara adalah zat yang berbentuk gas yang
tersedia di alam dalam jumlah yang tidak terbatas. Udara mengandung berbagai
macam gas, diantaranya yang cukup besar adalah Nitrogen dan Oksigen.
Oksigen termasuk bagian dari Segitiga kebakaran, sehingga gas ini merupakan
bagian yang cukup penting dalam proses kebakaran.
¢ Sebenarnya kebakaran
tidak akan terjadi jika kita bisa mengisolasi Oksigen dari dua unsur lain
Segitiga kebakaran, namun karena Oksigen dalam udara walaupun hanya sekitar 28%
tetapi
persediaannya tidak terbatas, sulit untuk mengisolasinya. Oksigen murni yang
dikemas dalam tabung juga harus diwaspadai, kendati tidak mudah terbakar, namun
tekanannya sangat tinggi dan
menyebabkan terjadinya kebakaran.
3. TITIK NYALA.
¢ Titik nyala sering
dikatakan sebgai peletup.
¢ Penyebabnya adalah:
a. Gesekan.
b. Loncatan listrik.
c. Percikan api.
d. Panas.
e. Tekanan.
f. Dan lain lain.
¢ Pada bahan-bahan tertentu, panas/titik nyala
dapat menyebabkan terbakarnya bahan tersebut tanpa adanya penyalaan api lebih
dahulu.
Perhatikan
Tabel 5.4. berikut ini untuk melihat: Bahan, Berat Jenis, Perbandingan berat terhadap
udara, Titik Nyala (OC derajat Celcius), Batas Menyala (% dalam
persen), Suhu Nyala Sendiri (OC derajat Celcius), Nyala Atas Pemanasan,
Kemungkinan Campur Air. Bahan bahan itu antara lain:
B. KLASIFIKASI KEBAKARAN.
1. Kebakaran kelas A
Kebakaran dari bahan biasa yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, pakaian
dan sejenisnya.
Jenis alat pemadam : yang menggunakan air harus digunakan sebagai alat
pemadam pokok.
2. Kebakaran kelas B
Kebakaran bahan cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi, gas, lemak dan
sejenisnya.
Jenis alat pemadam : yang digunakan adalah jenis busa sebagai alat pemadam
pokok.
3. Kebakaran kelas C
Kebakaran listrik (seperti kebocoran listrik, korsleting) termasuk kebakaran
pada alat-alat listrik.
Jenis alat pemadam : yang digunakan adalah jenis kimia dan gas sebagai alat
pemadam pokok.
4. Kebakaran kelas D
Kebakaran logam seperti Zeng, Magnesium, serbuk Aluminium, Sodium, Titanium dan
lainlain.
Jenis alat pemadam : yang harus digunakan adalah jenis khusus yang berupa
bubuk kimia kering.
=========================
C. CARA PENANGANAN KEBAKARAN.
¢ Kebakaran harus
ditangani dengan baik. Penanganan yang dilakukan tidak hanya sekedar melakukan
pemadaman saja tetapi ada tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1) Pencegaha kebakaran.
2) Pemadaman kebakaran.
3) Prosedur evakuasi yang harus dilakukan.
¢ Untuk menjalankan tiga langkah tersebut
diperlukan Sistem Pengendalian Kebakaran (SPK). Dalam kaitannya dengan kondisi kebakaran,
ada lima hal yang harus dilakukan dalam SPK ini. Lima langkah tersebut terdiri
dari:
1) Mencegah penyalaan.
2) Pemadaman tahap dini.
3) Mencegah pertumbuhan api.
4) Mengontrol asap.
5) Melakukan evakuasi.
1. PENCEGAHAN KEBAKARAN.
¢ Surat Keputusan Menaker
No 187/Men/1990 yang mengatur tentang Material Safety Data Sheet (MSDS).
¢ MSDS adalah dokumen
tentang satu bahan kimia yang harus ada pada industri yang membuat, menyimpan,
atau menggunakannya, yang memberikan informasi tentang bahan kimia tersebut.
¢ Informasi ini meliputi:
1. Identitas bahan.
2. Komposisi bahan.
3. Identifikasi bahaya.
4. Tindakan P3K.
5. Tindakan penanggulangan kebakaran.
6. Tindakan terhadap tumpah & bocor.
7. Penyimpan bahan.
8. Pengendalian.
9. Sifat fisik & kimia.
10. Reaktifitas & stabilitas.
11.
Toksikologi.
12. Ekologi.
13. Pembuangan limbah.
14. Pengangkutan.
15. Peraturan & perundangan.
2.
PEMADAMAN KEBAKARAN.
¢ Ada tiga tahap pemadaman
kebakaran yang berkaitan dengan tahaptahap terjadinya kebakaran, tahap tersebut
meliputi:
a) Memadamkan api tahap
dini.
b) Mencegah api tumbuh.
c) Mengontrol asap.
a) MEMADAMKAN API TAHAP DINI.
¢ Setiap kebakaran dimulai
api yang kecil, jika tidak segera diketahui dan dicegah, api akan membesar.
¢ Pemadaman api tahap dini
merupakan langkah yang sangat penting dalam mencegah terjadinya kebakaran yang
lebih besar.
¢ Alat yang dibutuhkan
pada tahap ini adalah Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Hydrant yang menyediakan
air bertekanan tinggi, fixed system yang biasa terpasang di
gedung-gedung, serta peralatan lain di sekitar kita yang bisa digunakan untuk
proses pemadaman api seperti karung goni, selimut, serta barang sejenis yang
bisa menyerap air dan menutup api hingga terpisah dari udara.
¢ APAR merupakan alat
pemadam api yang sangat populer di kalangan masyarakat, namun demikian sebagian
besar mereka tidak mengetahui jenis dan cara penggunaannya. Jenis APAR cukup banyak,
tergantung dari kemampuan memadamkan kebakaran pada jenis bahan bakar tertentu.
a) MEMADAMKAN API TAHAP DINI.
Cara penggunaan APAR, Lihat gambar APAR berikut ini:
1. Buka
kunci pengaman.
2. Pegang
tabung APAR dalam posisi tegak.
3. Tekan
handel pembuka.
4. Arahkan
ke bahan yg terbakar jangan arahkan ke apinya.
5. Semprotkan
APAR secara periodik, satu periode 3 detik, jika diperasikan kontinyu APAR
hanya dapat dioperasikan 8 detik .
Untuk
Pengoperasian APAR Lihat Gambar 5.4 diatas:
b) MENCEGAH API TUMBUH.
¢ Jika api tdk segera
dikuasai dan semakin membesar, maka diperlukan langkah untuk:
a) Melokalisir api.
b) Melakukan pendinginan.
c) Menguraikan bahan yang
terbakar.
c) MENGONTROL ASAP
¢ Sebagian besar bahan
yang terbakar menghasilkan asap. Asap yang berupa gas yang mengandung berbagai
unsur, sangat membahayakan kesehatan.
¢ Bahkan banyak korban
jiwa dalam kejadian kebakaran yang disebabkan karena menghirup asap yang
berlebihan, oleh sebab itu timbulnya asap harus dapat ditangani dengan baik.
¢ Cara penanganan asap:
1) Penerapan tata udara
sesuai standar pada suatu bangunan.
2) Pemasangan alat deteksi
asap.
3) Pemasangan instalasi smoke
vent.
3. PROSEDUR EVAKUASI.
¢ Keselamatan manusia
merupakan hal yang terpenting dalam kebakaran. Ketika kebakaran sudah membesar
dan tidak bisa diatasi dengan APAR, maka yang harus dilakukan adalah melakukan
evakuasi manusia maupun barang.
¢ Pelaksanaan evakuasi
dilakukan sesuai sistem evakuasi yang ada pada gedung/bangunan yang terbakar.
Gedung yang baik memiliki sistem evakuasi yang standar, misalnya lebar pintu
harus dapat dilalui 40 orang per menit, ada petunjuk rute yang harus dilalui ketika
terjadi kondisi darurat, ada akses jalan yang dapat dilalui oleh mobil pemadam
kebakaran, dan lain-lain.
¢ Mengingat pentingnya
langkah-langkah evakuasi jika terjadi kebakaran, maka perlu adanya manajemen
yang baik, SOP, Latihan secara berkala dalam menghadapi kejadian kebakaran, dan
penyebaran informasi tentang cara-cara penanggulangan kebakaran.