6.
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN. ( AMDAL ).
ENGLISH
BAHASA INDONESIA
A. PENDAHULUAN.
Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu sistem yang terdiri darilingkungan
sosial (sociosystem), lingkungan buatan (technosystem) dan lingkungan
alam (ecosystem) dimana ke tiga sub sistem ini saling berinteraksi
(saling mempengaruhi). Ketahanan masing-masing subsistem ini akan meningkatkan
kondisi seimbang dan ketahanan lingkungan hidup, dimana kondisi ini akan memberikan jaminan suatu yang
berkelanjutan yang tentunya akan memberikan peningkatan kualitas hidup setiap
makhluk hidup di dalamnya.
B. AMDAL.
¢Analisis
Mengenani Dampak Lingkungan (AMDAL) diperkenalkan pertama kali tahun 1969 oleh National
Environmental Policy Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23/1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP No. 27/1999 tentang Analisis mengenai dampak
lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
¢Tujuan
secara umum AMDAL adalah menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta
menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin.
¢Dokumen
AMDAL terdiri dari:
1) Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL).
2) Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL).
3) Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).
4) Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
C. PENANGANAN LIMBAH CAIR
1. Pengertian Limbah Cair Menurut Kepmen Lingkungan Hidup Nomor: KEP-
51/MENLH/10/1 995 yang dimaksud limbah cair adalah keadaan limbah dalam wujud
cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Limbah cair berupa air yang telah tercemari oleh bahan pencemar. Pencemar air
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain
ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya. Mutu limbah cair ditetapkan dengan pengertian: mutu limbah cair
yang dibuang ke dalam air pada sumber air tidak melampaui baku mutu limbah cair
yang telah ditetapkan dan tidak mengakibatkan turunnya kualitas penerima limbah.
1. Pengertian Limbah Cair Secara sederhana limbah cair dapat berasal
dari sumber domestic dan sumber industri.
a. Air buangan.
b. Air buangan domestic.
c. Air buangan industri pangan.
2. Penanganan Air Limbah.
Cara pengolahan limbah cair umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu
pengolahan primer dan pengolahan sekunder. Pengolahan primer ditujukan untuk
memisahkan padatan dari cairannya, baik padatan berukuran besar, kecil, maupun
koloid. Pengolahan sekunder digunakan sebagai pengolahan limbah cair lanjutan.
a. Pengendapan Biasa (sedimentasi).
b. Penggumpalan Kimiawi (chemical coagulation).
c. Penyaringan (filter).
1) Pasir penyaring lambat ( slow sand filters).
2) Pasir penyaring cepat ( rapid sand gravity filters).
3) Pasir penyaring dengan tekanan ( presure sand filters).
4) Penyaringan Cochrane.
6 D. PENGGUMPALAN BIOLOGIS.
¢Pengolahan
sekunder antara lain trickling filter (saringan biologis), activated
sludge, pond, dan lagoon. Trickling filter berfungsi agar pencampuran
antara air limbah dan mikrobia yang mampu mencerna air limbah tersebut
berlangsung dengan baik. Alat ini memanfaatkan pecahan batu karang atau cadas
sebagai media pertumbuhan mikrobia secara aerob (mikrobia bersama-sama air limbah) atau dapat juga dengan
cara menginokulasi mikrobia yang sesuai.
Oksidasi polutan organik terjadi pada saringan tersebut, sehingga secara
bertahap mampu mengurangi BOD dari air limbah hingga sekitar 50%-90%. Bagan
skematisnya seperti berikut ini.
Bagan skematis Trickling filter berikut ini:
Gambar 1. Trickling Filter
E. PENGUJIAN FISIKA AIR.
¢Warna
air (apparent colour) Warna air artinya warna dari air yang telah
dihilangkan penyebab kekeruhannya. Sedangkan warna air sebenarnya (apparent colour) termasuk pula
warna yang disebabkan oleh bahan-bahan dalam larutan dan bahan-bahan tersuspensi.
Jadi apparent colour adalah warna air sebelum dilakukan filtrasi atau sentrifugasi. Warna air dapat ditentukan dengan membandingkan visual dari
sampel dengan larutan warna standar (yang sudah diketahui konsentrasinya)
dengan menggunakan komparator (platinum cobalt atau pengukuran tintometer). ¢Bau
dan rasa (tidak berbau, tidak berasa) Bau dan rasa untuk air murni tidak ada
artinya air murni tidak berbau dan tidak berasa. Air yang telah dimasak dapat
berbau tanah liat, amis, jamuran, klorin atau bau-bau lainnya yang menyerupai
bau sayur-sayuran. Jadi air yang bersih tidak dijumpai bau-bau tersebut, adanya
bau dan rasa pada air menandakan adanya polutan. Untuk mengukur bau dan rasa
dilakukan pengujian sensoris.
¢Kekeruhan
(bervariasi sangat keruh sampai sedikit keruh) Kekeruhan yang terjadi dalam air
sangat bervariasi dari sangat keruh sampai sedikit keruh. Untuk mengukur
kekeruhan digunakan fuller’s earth, satu unit kekeruhan sama dengan 1 mg/liter
dari fuller's earth pada kondisi yang telah ditetapkan.
F. PENGUJIAN KIMIA AIR.
Pengujian kimia air meliputi:
vTotal
padatan.
vBahan organic.
vKesadahan.
vAlkalinitas.
vAsiditas.
vNitrogen.
vKlorida.
vSulfat.
vOksigen
yang meliputi :
a.Biochemical Oxygen Demand (B.O.D).
b.Chemical
Oxygen Demand (C.O.D).
G. PENGUJIAN MIKROBIOLOGI AIR.
Analisis mikrobiologis dilakukan dengan cara:
vTotal
plate count.
vUji Coliform.
vUji
Streptococcus faecalis.
vUji
Clostridium Welchii.
Dalam keadaan istimewa, mungkin diperlukan untuk menguji adanya
mikrobia yang mampu mereduksi sulfat organik dan besi serta bakteri sulfur dan
bakteri lain. Uji total plate count dilakukan untuk menentukan kemurnian air
secara umum dan untuk tujuan-tujuan penanganan/pengolahan air. Mikrobia yang
berasal dari tinja seperti Escherichia coli, Streptococcus faecalis, dan beberapa
spesies Chlostridium dapat digunakan sebagai indikasi adanya polusi.
¢Definisi ergonomi menurut Woodside dan
Kocurek (1997) adalah kajian yang intergral antara pekerja, pekerjaan, alat,
tempat dan lingkungan kerja, yaitu lingkungan dimana pekerja dapat melakukan pekerjaannya
dengan aman dan nyaman.
¢Menurut Charpanis (1985) yang dikutip
oleh Sanders mengatakan Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi mengenai sifat, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia lainnya untuk
merancang alat, mesin, pekerjaan, sistem kerja, dan lingkungan sehingga orang
dapat hidup dan bekerja pada sistem itu produktif, efektif, aman dan menyenangkan.
Menurut Sanders
dan Mc. Cormick (1987), mendefinisikan ergonomi (Human Factors) dengan Pendekatan 3 unsur, yaitu:
1. Fokusergonomic adalah interaksi manusia dengan produk,
peralatan, fasilitas, prosedur, dan
lingkungan kerja maupun tempat tinggal. Dalam perancangan dengan produk,
peralatan, fasilitas, prosedur, dan lingkungan masalah kapabilitas,
keterbatasan, dan kebutuhan manusia menjadi pertimbangan utama.
2. Tujuanutama ergonomic ada dua. (a). meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dalam bekerja,
termasuk disini bagaimana penggunaan alat yang nyaman, menggurangi kesalahan,
dan meningkatkan produktivitas. (b). adalah mengembangkan keselamatan,
mengurangi kelelahan dan stress, penggunaan yang menyenangkan, meningkatkan
kepuasan kerja dan meningkatkan kualitas hidup.
3. Pendekatanergonomic ialah secara sistematis mengaplikasikan informasi
yang relevan tentang kapasitas manusia, keterbatasan, karakteristik, tingka
laku, motivasi untuk mendisain prosedur dan lingkungan yang mereka gunakan.
B.
KENYAMANAN.
¢Pada saat bekerja terjadi interaksi
antara pekerja dengan mesin dan lingkungan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Acmadi (1990) menyatakan bahwa pekerjaan maupun lingkungan merupakan paparanyang menjadi beban bagi pekerja, setiap beban akan
menimbulkan ketegangan (stresses) dan regangan (strain), sehingga
menimbulkan reaksi bagi pekerja berupa rasa nyamanatau tidak nyaman.
¢Paparan:
a. Fisik: suhu, tekanan, suara,
pencahayaan, radiasi, getaran.
b. Kimia: debu, uap, larutan.
c. Psikososial: hubungan kerja,
sistem manajemen.
d. Ergonomis: desain alat, lay
out, metoda kerja (Trisnaningsih:1990).
¢Nyamandapat berarti segar, sehat, dan badan terasa enak (KBBI).
¢Pengukuran kenyamanan dapat dilakukan dari perasaan tidak nyaman.
(Suma`mur:1992)
terhadap paparan yang diterima pekerja, yaitu berupa keluhan rasa tidak nyaman
atau rasa tidak enak pada bagian tubuh akibat paparan yang diterima. Keluhan
rasa tidak nyaman dapat berupa rasa lelah, pegal, nyeri, memar, lecet, dan
sebagainya, pada bagian tubuh pekerja saat bekerja menggunakan alat.
Bagian tubuh
yang mengalami ketidak nyamanan.
Bagian tubuh
yang mengalami ketidak nyamanan digambarkan dalam Body Area Discomfort (BAD),
bagian tubuh tersebut antara lain leher/tengkuk (neck), bahu/pundak (shoulder),
siku
(elbow), lengan (forearm), tangan/pergelangan (hand/wrist),
jari (fingers), punggung atas (upper back), punggung bawah (low
back), paha (thigh), lutut (knee), kaki bawah (low leg)
dan
persendian kaki/ kaki (ankle/foot).
Gambar
7.1. Bagian-bagian tubuh yang peka mengalami ketidak nyamanan.
C. SISTEM MANUSIA – MESIN.
¢Walaupun perkembangan
teknologi produksi berkembang cepat namun faktor manusia tetap signifikan dalam
menentukan produktivitas. Pada industri manufaktur maupun industri pelayanan
peran manusia masih diandalkan sebagai komponen dalam proses produksi
(Wignjosoebroto:
2000).
¢Manusia merupakan komponen
dalam sistem manusia-mesin, kedua elemen produksi tersebut saling berinteraksi
untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan. Proses interaksi
manusiamesin diilustrasikan oleh Sander dan Mc.Cormick (1987) pada gambar sebagai
berikut. Manusia memperoleh masukan (input) dengan melihat atau
mendengar (sensing) dari display mesin, informasi tersebut diproses
di otak, kemudian otak memutuskan untuk melakukan reaksi melakukan kontrol
mesin, kontrol tersebut membuat mesin dapat beroperasi, mesin dipasang display
untuk menginformasikan bahwa mesin sedang operasi, proses sudah selesai
atau mati. Beroperasinya mesin akan memproses masukan menjadi keluaran, proses
tersebut
terjadi pada lingkungan kerja.
Gambar 7.2. Sistem
manusia–mesin (Sander & Mc.Cormick, 1987: 14)
Hubungan
mesin-manusia dikelompokkan menjadi:
1. Sistem manual:
Pada sistem
ini input akan langsung menjadi output. Alat tangan berfungsi
untuk menambah kemampuan atau kapabilitas dalam menyelesaikan pekerjaan yang
dibebankan padanya. Manusia berfungsi sebagai sumber tenaga dan kendali
operasi.
2. Sistem mekanik:
Sistem ini
sering disebut semi otomatis. Pada sistem ini tenaga dan beberapa fungsi lain
diganti mesin. Manusia memberi respon melalui sistem kontrol untuk
mengoperasikan mesin. Mesin beroperasi dengan kendali manusia.
3. Sistem otomatis:
Pada sistem
otomatis mesin mampu melaksanakan semua fungsi mulai sensor, pengambilan
keputusan maupun aksi. Manusia bertugas memonitor agar mesin dapat bekerja
dengan baik,
memasukkan data atau mengganti program baru bila diperlukan.
Gambar 7.3. Beberapa contoh
alat kontrol manual (mekanik).
D. PENGERTIAN ANTHROPOMETRI.
¢Dalam proses produksi
terjadi interaksi manusia dengan mesin.
Interaksi
tersebut akan harmonis dan serasi bila mesin tersebut didesain sesuai dengan
karakteristik manusia yang menggunakan mesin, untuk itu seorang desainer perlu
informasi tentang dimensi tubuh manusia. Ilmu tentang pengukuran dimensi tubuh
manusia
disebut anthropometri.
¢Antropometri berasal dari
kata “ anthro” yang berarti manusia dan “metry” yang berarti
ukuran.
Secara
definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai studi yang berkaitan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia Wignjosoebroto (2000). Hughes (2002) mendefinisikan
antropometri sebagai ilmu mengukur dan mengoleksi data karakteristik fisik dan
aplikasinya untuk desain dan
evaluasi sistem, peralatan, produk manufaktur, fasilitas dan lingkungan
manusia.
Faktor yang
mempengaruhi ukuran tubuh manusia (Winjosoebroto).
1. Usia:
Ukuran tubuh
akan berkembang seiring dengan pertambahan usianya. Usia 0 sampai 20 tahun
merupakan usia berkembang, 20 sampai 40 relatif tetap dan usia 40 tahun ke atas
cenderung
menyusut. 2. Jenis kelamin:
Dimensi tubuh
laki-laki pada umumnya lebih besar dari pada wanita kecuali bagian tubuh
tertentu seperti pinggul.
3. Suku bangsa:
Setiap suku
bangsa ataupun kelompok ethnik akan memiliki karakteristis tubuh yang berbeda
satu dengan yang lain.
Prinsip dasar
penerapan antropometri dalam desain yang ergonomis:
1. Desain untuk individual yang ekstrim (maksimal dan minimal) Contoh: tinggi pintu
gunakan ukuran tinggi maksimal manusia Untuk perencanaan gaya operasional alat
kontrol gunakan ekstrim minimal.
2. Desain untuk rata-rata manusia.
Pendekatan
rata-rata ini mudah dan murah, namun mempunyai kelemahan yang sangat besar
karena hanya “setengah populasi” yang mampu mengoperasikan.
3. Desain yang dapat disetel.
Desain ini
sangat baik, karena 95% populasi mampu mengoperasikan alat tersebut, tetapi
kelemahannya membutuhkan biaya yang mahal.
4. Desain untuk individu.
Desain ini
dibuat untuk seorang individu yang datanya digunakan untuk mendesain. Desain
ini paling ideal untuk individu tersebut tetapi tidak nyaman digunakan orang
lain.
Anthropometri
dikelompokkan menjadi dua (Pulat :1992, Sanders dan Mc. Cormick: 1987, Woodside
dan Kucurek 1997, Hughes 2002) :
1. Anthropometri statis atau structural
merupakan ukuran bodi pada kondisi tidak bergerak, posisi standar baik posisi
berdiri maupun duduk.
2. Antropometri dinamis atau
fungsional merupakan ukuran bodi/tubuh saat melakukan aktivitas kerja di suatu
lingkungan kerja.
Berdasarkan
data dari antropometri kita dapat melakukan desain stasiun kerja. Contoh tinggi
meja kerja untuk pekerjaan yang membutuhan tenaga otot tangan di bawah pusar, tinggi meja kerja yang membutuhkan tenaga otot
sedang setara pusar, sedangkan yang membutuhkan ketelitian
tinggi meja kerja di atas pusar.
Gambar 7.4. Tinggi meja
kerja sesuai dengan jenis pekerjaan (ILO, 2010).
Gambar 7.5. Jangkauan tangan
saat bekerja (ILO, 2010).
E. MEMILIH & MENDESAIN
ALAT TANGAN YANG ERGONOMI.
¢Perkembangan teknologi memungkinkan
alat-alat tangan diproduksi secara massal untuk memenuhi kebutuhan sesaat,
banyak alat-alat tangan diproduksi tanpa pertimbangan faktor manusia sebagai pengguna
alat tersebut, sehingga setelah digunakan potensial menimbulkan gangguan
kesehatan pada penggunanya. Gangguan tersebut dapat lecet, terjepit, terpukul,
terpotong, terkilir maupun komulatif trauma.
¢Pemilihan alat yang
ergonomis merupakan salah satu upaya preventif mencegah terjadinya gangguan
kesehatan kerja akibat lingkungan kerja yang kurang ergonomis, sehingga dalam
mendesain alat perlu memperhatikan prinsip ergonomi.
Prinsip
mendesain alat tangan yang ergonomis:
1. Buat alat tangan yang ringan
dan dapat dibawah dengan satu tangan. Alat yang berat menyebabkan pengguna alat
cepat lelah, hal ini dapat menurunkan produktivitas kerja. Alat ringan namun
saat membawa alat harus dengan dua tangan akan merepotkan saat
membawa, selain itu efisiensi penggunaan tangan menjadi rendah.
2. Buat alat tangan yang kompak
yaitu ringan, mudah dibawah dan disimpan. Alat tangan sering digunakan pada
berbagai posisi kerja, dan lokasi kerja sehingga desain harus kompak yaitu
ringan dan mudah dibawa. Alat juga harus dapat disimpan dengan baik agar awet,
mudah perawatan dan mudah dicari bila ingin menggunakan lagi.
Prinsip
mendesain alat tangan yang ergonomis:
3. Buat gagang alat dengan
diameter, panjang dan bentuk yang tepat.
Ukuran gagang
alat mempengaruhi kenyamanan dan kekuatan genggam. Diameter gagang alat 30-45mm
dengan bentuk bulat atau oval, untuk alat presisi diameter 5-12 mm. Panjang
gagang
disesuaikan dengan cara memegang saat menggunakan, apakah menggunakan dua
tangan atau satu tangan. Panjang gagang tertutup 100 – 125 mm, dan jarak dengan
depan 40-60 mm.
Gambar 7.6. Ukuran gagang tongkat pegangan
tangan.
4. Buat gagang yang nyaman
dipegang, tidak mudah slip, mempunyai pembatas, mempunyai tahanan panas dan
listrik yang tinggi. Gagang dapat dibuat dari kayu, plastic atau karet. Bahan
tersebut mempunyai koefisien gesek tinggi sehingga tidak mudah slip, isolator
panas maupun listrik yang baik sehingga dapat melindungi pekerja dari kemungkinan
kecelakaan saat alat terkena panas atau tersengat listrik. Karet merupakan bahan
yang baik untuk pelapis gagang karena elastis sehingga lebih nyaman saat menggenggam,
selain itu karet juga mempunyai koefisien gesek dan isolator listrik yang baik.
Pembatas pada gagang diperlukan untuk melindungi tangan dari kemungkinan slip
dan menimbulkan luka.
Gambar 7.7. Gagang pisau
dengan pembatas (ILO, 1996).
5. Buat alat pada posisi kerja
alami, hindari terjadi deviasi unar maupun radial pada tangan. Deviasi unar
maupun radial saat menggunakan alat potensial terjadi teknosinovitis akibat
syaraf median (median nerve) luka pada kanal karpi. Terdapat dua model
gagang untuk menghindari
hal itu yaitu bentuk segaris (inline) dan bentuk pistol. Contoh gagang dibengkokkan
agar posisi tangan alami.
Gambar 7.8. Beberapa desian
gagang alat tangan yang dibengkokkan.
5. Pemilihan model gagang berhubungan
dengan posisi kerja, untuk posisi vertikal model pistol baik digunakan, tetapi
untuk posisi kerja herizontal model gagang in line lebih tepat.
Gambar 7.9. Pemilihan model
gagang terkait posisi kerja (Marshall, 2003).
6. Buat pegangan segaris dengan
sumbuh aksial. Bila pegangan tidak sesumbu maka akan gerak putar dan momen,
untuk mengatasi fenomena tersebut tangan melakukan reaksi menyeimbangkan gerak
putar sehingga kerja tangan lebih berat.
Gambar 7.10. Gerak putar
akibat gagang tidak sesumbu (Nurmianto, 1996).
7. Buat alat dengan titik berat
sedekat mungkin dengan genggaman untuk mengurangi gerak putar atau momen
berlebihan pada tangan yang memegang.
8. Hindari bagian-bagian alat
yang mempunyai sudut tajam yang dapat menimbulkan luka tersayat. 9. Buat alat yang memungkinkan
digunakan dengan tangan kiri atau kanan, digunakan oleh laki-laki atau
perempuan. Terdapat 8% -10% orang kidal dan 50 % perempuan.
10. Hindari penekanan pada
jaringan sensitif. Beberapa desain alat saat digunakan menyebabkan terjadi
penekanan pada daerah sensitif tekanan seperti syaraf, aliran darah, khususnya
alteri unar dan radial. Mengatasi hal tersebut maka permukaan kontak diperluas
dan memindahkan tekanan pada daerah kurang sensitive yaitu di daerah antara ibu
jari dan jari telunjuk.
Gambar 7.11. Penekanan pada
daerah sensitive (Marshall, 2003).
11. Buat alat tangan dengan
tenaga untuk mengoperasikan serendah mungkin. Tenaga mengoperasikan alat yang
rendah memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih presisi, nyaman,
waktu istirahat kecil dan produktif.
12. Buat alat tangan dengan
pegas penyeimbang (spring balance), sehingga pekerja tidak perlu selalu
memegang saat memindahkan alat setelah menggunakan alat dan alat kembali pada
posisi semula. Dengan demikian tenaga membawah alat dapat direduksi dan alat
dapat dengan cepat ditemukan saat menggunakan lagi.
F. MEMAHAMI EKONOMI GERAK
ERGONOMI.
¢Gerakan yang dilakukan
pekerja ada kalanya sudah tepat namun ada pula gerak yang tidak perlu
(Sutalaksana, dkk: 1980). Gerak tidak perlu pemborosan tenaga dan energi, untuk
itu perlu kita hilangkan agar tidak memperlambat waktu produksi.
¢Dalam mendesain alat, lay
out maupun metode kerja perlu pertimbangan ekonomi gerak, agar tercipta
alat lay out maupun metode kerja yang mampu mengeleminir gerakan yang
tidak perlu,
mengkombinasikan gerak menjadi lebih efektif dan menyederhanakan kegiatan
sehingga kebutuhan energi minimal.
Prinsip
ekonomi gerak dari Mandel (1994):
1. Eliminasi kegiatan:
a. Eliminasi semua kegiatan/
aktivitas atau gerakan yang tidak perlu.
b. Eliminasi kondisi yang tidak
beraturan dalam setiap kegiatan, dengan meletakkan fasilitas dan matrial pada
tempat yang tetap.
c. Eliminasi penggunaan tenaga
otor pada kegiatan statis.
d. Eliminasi waktu kosong atau
menunggu.
2. Kombinasi gerak atau
aktifitas kerja:
a. Ganti gerakan pendek,
terputus, berubah arah menjadi kontinyu, tidak patah patah. b. Kombinasikan beberapa
gerakan yang mampu ditangani dengan desain peralatan kerja. c. Distribusikan kegiatan
dengan membuat keseimbangan kerja kedua tangan.
3. Penyederhanaan kegiatan:
a. Laksanakan setiap
kegiatan/aktivitas kerja dengan prinsip kebutuhan energi otot yang digunakan
minimal.
b. Kurangi kegiatan mencari
obyek kerja (peralatan, material) dengan meletakkan pada tempat yang tidak
berubah-ubah.
c. Letakkan fasilitas kerja
pada jangkauan tangan yang normal.
d. Sesuaikan letak komponen
sesuai dimensi tubuh manusia.
Prinsip ekonomi gerak
dihubungkan dengan tubuh manusia dan Gerakan gerakannya (Sutalaksana, dkk
:1980), antara lain: 1. Kedua tangan sebaiknya
memulai dan mengakiri gerakan pada saat yang sama. 2. Kedua tangan sebaliknya
tidak mengganggur pada saat yang sama. 3. Gerakan tangan akan lebih
mudah bila satu terhadap yang lain simetris dan berlawanan. 4. Gerakan tangan dan badan
sebaiknya dihemat. 5. Sebaiknya pekerja dapat
memanfaatkan momentum untuk membantu pekerjaannya. 6. Gerak patah-patah dan
berubah arah akan memperlambat gerak. 7. Pekerjaan sebaiknya
dirancang semuda-mudahnya. 8. Sebaiknya irama kerja
mengikuti irama yang alami bagi pekerjanya. 9. Usahakan sedikit mungkin
gerakan mata.
A. DEFINISI KEBAKARAN. ¢Kebakaran adalah api
yang tidak terkendali. ¢Kebakaran terjadi karena
ada 3 unsur yang bertemu, yaitu unsur: 1. Bahan bakar à Bahan yang mudah terbakar misalnya BBM. 2. Udara ( O2 ) à Oksigen atau O2. 3. Titik nyala à Suhu saat bahan bakar mulai terbakar misalnya
dalam derajat Celcius °C. ¢Hubungan ketiga unsur
kebakaran.
Gambar
5.1 Tiga Unsur Kebakaran
¢Kebakaran hanya terjadi jika ketiga unsur tersebut
bertemu.
1. BAHAN BAKAR.
a. Bahan Bakar Padat.
Bahan bakar padat adalah bahan yang mudah terbakar dalam bentuk padat. Cara penanganan
kebakaran pada bahan padat relatif lebih mudah dari pada bahan bakar cair dan
gas karena bahan
jenis ini relatif lebih mudah dipisahkan dengan unsur kebakaran lainnya.
Tabel 5.1 Bahan Bakar Padat
Nama bahan bakar.
1. Belerang.
2. Fosfor.
3. Seng.
4. Alumunium.
5. Magnesium.
b. Bahan Bakar Cair.
Bahan bakar cair merupakan bahan yang cukup sulit untuk ditangani, apalagi yang
bersifat
korosif, mudah meledak dan mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari air.
Bahan ini harus diwaspadai dan ditangani dengan baik mulai dari proses pembuatan,
pengemasan,
pendistribusian, sampai penyimpanannya.
Tabel
5.2 Bahan Bakar Cair.
Nama Zat Cair. Dan Rumus
Kimianya.
1. Eter ROR atau (C2H5)2O.
2. Benzena C6H6.
3. Aseton CH3COCH3.
4. Metanol/spiritus CH3OH.
5. Ester RCOOR.
6. Karbon disulfida CS2.
7. Asetaldehid CH3CHO.
8. Asam asetat CH3COOH.
9. Petroleum C8H18.
c. Bahan Bakar Gas.
Bahan bakar gas merupakan bahan yang sangat berbahaya, karena bahan ini mudah
meledak, jika terjadi peningkatan suhu, peningkatan tekanan, dan terkena
benturan. Gas yang dipasarkan dikemas di dalam tabung gas. Spesifikasi tabung
harus memenuhi standar industri agar aman
ketika disimpan. Pada saat diangkut dan disimpan harus dalam posisi tegak, hal
ini dimaksudkan jika terjadi ledakan, lontaran katup tabung ke arah atas
sehingga tidak mengenai orang di
sekitarnya.
Tabel
5.3. Bahan Bakar Gas.
Nama Zat Cair dan Rumus
Kimianya.
1. Gas alam Komponen utama CH4.
2. Asetilen C2H2.
3. Hidrogen H2.
4. Etilen Oksida C2H4O.
5. Metana CH4.
6. Karbon Monoksida CO.
7. Butana CH3CH2CH2CH3. 2. UDARA (O2).
¢Udara adalah zat yang berbentuk gas yang
tersedia di alam dalam jumlah yang tidak terbatas. Udara mengandung berbagai
macam gas, diantaranya yang cukup besar adalah Nitrogen dan Oksigen.
Oksigen termasuk bagian dari Segitiga kebakaran, sehingga gas ini merupakan
bagian yang cukup penting dalam proses kebakaran. ¢Sebenarnya kebakaran
tidak akan terjadi jika kita bisa mengisolasi Oksigen dari dua unsur lain
Segitiga kebakaran, namun karena Oksigen dalam udara walaupun hanya sekitar 28%
tetapi
persediaannya tidak terbatas, sulit untuk mengisolasinya. Oksigen murni yang
dikemas dalam tabung juga harus diwaspadai, kendati tidak mudah terbakar, namun
tekanannya sangat tinggi dan
menyebabkan terjadinya kebakaran. 3. TITIK NYALA.
¢Titik nyala sering
dikatakan sebgai peletup. ¢Penyebabnya adalah: a. Gesekan. b. Loncatan listrik. c. Percikan api. d. Panas. e. Tekanan. f. Dan lain lain.
¢Pada bahan-bahan tertentu, panas/titik nyala
dapat menyebabkan terbakarnya bahan tersebut tanpa adanya penyalaan api lebih
dahulu. Perhatikan
Tabel 5.4. berikut ini untuk melihat: Bahan, Berat Jenis, Perbandingan berat terhadap
udara, Titik Nyala (OC derajat Celcius), Batas Menyala (% dalam
persen), Suhu Nyala Sendiri (OC derajat Celcius), Nyala Atas Pemanasan,
Kemungkinan Campur Air. Bahan bahan itu antara lain:
B. KLASIFIKASI KEBAKARAN. 1. Kebakaran kelas A
Kebakaran dari bahan biasa yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, pakaian
dan sejenisnya.
Jenis alat pemadam : yang menggunakan air harus digunakan sebagai alat
pemadam pokok.
2. Kebakaran kelas B
Kebakaran bahan cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi, gas, lemak dan
sejenisnya.
Jenis alat pemadam : yang digunakan adalah jenis busa sebagai alat pemadam
pokok. 3. Kebakaran kelas C
Kebakaran listrik (seperti kebocoran listrik, korsleting) termasuk kebakaran
pada alat-alat listrik.
Jenis alat pemadam : yang digunakan adalah jenis kimia dan gas sebagai alat
pemadam pokok. 4. Kebakaran kelas D
Kebakaran logam seperti Zeng, Magnesium, serbuk Aluminium, Sodium, Titanium dan
lainlain.
Jenis alat pemadam : yang harus digunakan adalah jenis khusus yang berupa
bubuk kimia kering. =========================
C. CARA PENANGANAN KEBAKARAN.
Lihat Gambar 5.2 Diagram
Sistem Pengendalian Kebakaran berikut.
¢Kebakaran harus
ditangani dengan baik. Penanganan yang dilakukan tidak hanya sekedar melakukan
pemadaman saja tetapi ada tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu: 1) Pencegaha kebakaran. 2) Pemadaman kebakaran. 3) Prosedur evakuasi yang harus dilakukan.
¢Untuk menjalankan tiga langkah tersebut
diperlukan Sistem Pengendalian Kebakaran (SPK). Dalam kaitannya dengan kondisi kebakaran,
ada lima hal yang harus dilakukan dalam SPK ini. Lima langkah tersebut terdiri
dari: 1) Mencegah penyalaan. 2) Pemadaman tahap dini. 3) Mencegah pertumbuhan api. 4) Mengontrol asap. 5) Melakukan evakuasi. 1. PENCEGAHAN KEBAKARAN. ¢Surat Keputusan Menaker
No 187/Men/1990 yang mengatur tentang Material Safety Data Sheet (MSDS). ¢MSDS adalah dokumen
tentang satu bahan kimia yang harus ada pada industri yang membuat, menyimpan,
atau menggunakannya, yang memberikan informasi tentang bahan kimia tersebut. ¢Informasi ini meliputi:
1. Identitas bahan.
2. Komposisi bahan.
3. Identifikasi bahaya.
4. Tindakan P3K.
5. Tindakan penanggulangan kebakaran.
6. Tindakan terhadap tumpah & bocor.
7. Penyimpan bahan.
8. Pengendalian.
9. Sifat fisik & kimia.
10. Reaktifitas & stabilitas.
2.
PEMADAMAN KEBAKARAN. ¢Ada tiga tahap pemadaman
kebakaran yang berkaitan dengan tahaptahap terjadinya kebakaran, tahap tersebut
meliputi: a) Memadamkan api tahap
dini. b) Mencegah api tumbuh. c) Mengontrol asap. a) MEMADAMKAN API TAHAP DINI.
Lihat Gambar 5.3 dan Tabel berikut ini.
¢Setiap kebakaran dimulai
api yang kecil, jika tidak segera diketahui dan dicegah, api akan membesar. ¢Pemadaman api tahap dini
merupakan langkah yang sangat penting dalam mencegah terjadinya kebakaran yang
lebih besar. ¢Alat yang dibutuhkan
pada tahap ini adalah Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Hydrant yang menyediakan
air bertekanan tinggi, fixed system yang biasa terpasang di
gedung-gedung, serta peralatan lain di sekitar kita yang bisa digunakan untuk
proses pemadaman api seperti karung goni, selimut, serta barang sejenis yang
bisa menyerap air dan menutup api hingga terpisah dari udara. ¢APAR merupakan alat
pemadam api yang sangat populer di kalangan masyarakat, namun demikian sebagian
besar mereka tidak mengetahui jenis dan cara penggunaannya. Jenis APAR cukup banyak,
tergantung dari kemampuan memadamkan kebakaran pada jenis bahan bakar tertentu.
a) MEMADAMKAN API TAHAP DINI.
Cara penggunaan APAR, Lihat gambar APAR berikut ini: 1. Buka
kunci pengaman. 2. Pegang
tabung APAR dalam posisi tegak. 3. Tekan
handel pembuka. 4. Arahkan
ke bahan yg terbakar jangan arahkan ke apinya. 5. Semprotkan
APAR secara periodik, satu periode 3 detik, jika diperasikan kontinyu APAR
hanya dapat dioperasikan 8 detik .
Untuk
Pengoperasian APAR Lihat Gambar 5.4 diatas:
b) MENCEGAH API TUMBUH.
¢Jika api tdk segera
dikuasai dan semakin membesar, maka diperlukan langkah untuk: a) Melokalisir api. b) Melakukan pendinginan. c) Menguraikan bahan yang
terbakar.
Lihat Gambar 5.5 Segitiga Api.
c) MENGONTROL ASAP ¢Sebagian besar bahan
yang terbakar menghasilkan asap. Asap yang berupa gas yang mengandung berbagai
unsur, sangat membahayakan kesehatan. ¢Bahkan banyak korban
jiwa dalam kejadian kebakaran yang disebabkan karena menghirup asap yang
berlebihan, oleh sebab itu timbulnya asap harus dapat ditangani dengan baik. ¢Cara penanganan asap: 1) Penerapan tata udara
sesuai standar pada suatu bangunan. 2) Pemasangan alat deteksi
asap. 3) Pemasangan instalasi smoke
vent.
3. PROSEDUR EVAKUASI. ¢Keselamatan manusia
merupakan hal yang terpenting dalam kebakaran. Ketika kebakaran sudah membesar
dan tidak bisa diatasi dengan APAR, maka yang harus dilakukan adalah melakukan
evakuasi manusia maupun barang. ¢Pelaksanaan evakuasi
dilakukan sesuai sistem evakuasi yang ada pada gedung/bangunan yang terbakar.
Gedung yang baik memiliki sistem evakuasi yang standar, misalnya lebar pintu
harus dapat dilalui 40 orang per menit, ada petunjuk rute yang harus dilalui ketika
terjadi kondisi darurat, ada akses jalan yang dapat dilalui oleh mobil pemadam
kebakaran, dan lain-lain. ¢Mengingat pentingnya
langkah-langkah evakuasi jika terjadi kebakaran, maka perlu adanya manajemen
yang baik, SOP, Latihan secara berkala dalam menghadapi kejadian kebakaran, dan
penyebaran informasi tentang cara-cara penanggulangan kebakaran.